"Mengajar sambil Belajar Sepanjang Hayat"

Menu Baru

Menjadi PNS Bebas Utang, Mungkin Kah..?

Menjadi PNS tentu menjadi dambaan sebagian besar masyarakat kita, terbukti jumlah pelamar setiap tahun terus meningkat. pertanyaanya adalah apakah menjadi seorang PNS bener - benar mensejahterakan pemiliknya?

Berikut Artikel yang saya copas dari blogsebelah semoga menjadi renungan bagi kita semua khususnya para PNS dimanapun Anda berada...,he..

SEKITAR 95% pegawai negeri sipil (PNS) di Indonesia, dari golongan I/a sampai IV/e, tidak lepas dari berutang ke bank. Berutang ke bank, di kalangan PNS, tampaknya sudah jadi pola, kebiasaan, kultur, tradisi turun-temurun, bahkan sudah seperti kewajiban. Lebih dari itu, dalam konteks tertentu, tidak berutang sepertinya adalah kesalahan besar, untuk tidak mengatakan "dosa". Lho? Iya, kebodohan.

Alasannya, pertama, utang ke banklah yang memungkinkan PNS hidup layak. Orang tahu, gaji PNS itu tidak layak. Golongan III antara Rp 1-2 juta. Golongan IV antara Rp 2-3 juta. Gol I dan II? Jelas, di bawah Rp 1 juta. Di departemen, golongan IV ini adalah para eselon, di militer adalah kolonel sampai jenderal, di perguruan tinggi adalah para doktor dan profesor.

Bila dihitung kebutuhan rumah tangga sekarang, gaji ini sangat tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan keluarga sejahtera. Apalagi, zaman sekarang yang serbamahal. Tidak mungkin gaji PNS cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup tersebut. Dari mana dan kapan PNS akan punya rumah bila murni mengandalkan gaji yang tidak layak itu? Yang untuk memenuhi kebutuhan dasar saja jauh dari cukup? Harga rumah yang sederhana sekarang di atas Rp 100 juta. Dari mana bisa mendapatkan uang sebanyak itu? 

Pinjam ke bank adalah satu-satunya alternatif karena menabung adalah impossible. Bagi PNS, menabung adalah angan-angan, sebuah utopia. Menabung adalah a dream that will never come true. Menabung saja tidak mungkin, bagaimana mungkin bisa memiliki rumah? 

Ubah paradigma

Namun, jangan khawatir, PNS tetap bisa menabung dengan cara lain yaitu dengan mengubah paradigma berpikir. Sebetulnya, sebagian besar PNS sudah melakukan ini, tetapi tidak sadar. Karena menabung konvensional yaitu "mengumpulkan uang di akhir" tidak mungkin, maka menabunglah dengan cara "mengumpulkan uang di depan". Mengumpulkan uang di depan tak lain adalah pinjam ke bank. Menabung di akhir bisa disebut sebagai "menabung kesadaran". Ini sulit dan tidak mungkin. Maka, yang bisa dilakukan adalah "menabung paksaan", yaitu menabung di depan.

Bank memaksa PNS untuk "menabung paksaan" agar bisa membangun dan merenovasi rumah atau memenuhi kebutuhan dasar lain. Pemotongan gaji setiap bulan oleh bank adalah paksaan yang layak dan wajar bagi PNS dan itu sebenarnya menabung. Hampir seluruh PNS yang saya kenal, memiliki rumah dari pinjam ke bank.

Dalam konteks "menabung paksaan" yang positif inilah, pinjam ke bank bagi PNS adalah sebuah "keharusan" bahkan "kewajiban". Dari konteks ini pula adalah salah kalau kita mengatakan bahwa PNS yang mengambil kredit ke bank adalah punya utang ke bank. Tidak. Itu bukan utang. Itu tabungan di depan. 

Masih ada keuntungan lain dari pinjam ke bank di alam modern ini. Utang itu wajib dibayar dan, dalam ajaran Islam, bila si terutang meninggal dunia harus dibayar atau diselesaikan oleh ahli warisnya (keluarganya). Bila utang tidak dilunasi, akan menjadi beban si terutang di akhirat kelak. Ini pengertian utang dalam paradigma lama. Utang ke lembaga modern seperti bank sekarang tidak seperti itu lagi. Aturan bank sekarang, bila si terutang meninggal dunia, utangnya otomatis lunas. Gaji pensiunnya tidak terganggu dan dosa utang di akhirat tidak membayangi. Ini menjadi keuntungan bagi rakyat kecil seperti PNS agar tidak perlu takut berutang, tentu sepanjang untuk kebutuhan mendasar, positif, dan produktif. 

PNS bebas utang 

PNS yang punya utang ke bank selama ini umumnya menghayati dan merasakan potongan gajinya yang besar untuk cicilan rumah sebagai beban cukup berat sehingga sering kurang ikhlas atau tidak bersemangat menerima sisanya yang kecil. Ini adalah cara berpikir keliru, negatif, dan harus direvisi. Perasaan beban ini muncul akibat dari cara berpikir konvensional. Misalnya, gaji seorang PNS golongan III/c Rp 2 juta. Gaji ini dipotong cicilan rumah ke bank Rp 1.400.000, 00 (dari kredit Rp 75 juta). Sisanya tinggal Rp 600.000,00. 

Bila cara berpikir dan menghayati Anda seperti ini, selama beberapa tahun, Anda akan terus dibebani pikiran dan perasaan bahwa gaji Anda tiap bulan dipotong, dipotong, dan dipotong. Sisanya kecil, sedikit lagi, bahkan habis. Ini tidak sehat. Kalau kita ingin menjadi manusia merdeka, tidak merasa punya utang atau terlepas dari beban utang. Cara berpikir harus diubah.

Mulai saat ini, tancapkan dan nyatakan dalam hati bahwa gaji Anda aslinya Rp 600.000,00, bukan Rp 2 juta. Dengan demikian, Anda jadi merasa tidak punya utang. Potongan yang Rp 1.400.000,00 itu, anggaplah itu urusan negara (unit lembaga PNS Anda dengan bank), bukan urusan Anda. 

Utang Rp 75 juta itu sesungguhnya tidak ada, sudah lunas, itu hadiah dari negara. Jadi, buat apa mengingat-ingat yang tidak perlu, yang tidak ada. Dengan gaji Rp 600.000,00 itu, Anda jadi merdeka, tidak punya utang, dan ingat gaji PNS naik terus tidak pernah turun.

Penghayatan ini jauh lebih positif ketimbang berpikir dan menghayati bahwa gaji Anda adalah Rp 2 juta, tetapi tiap bulan dipotong Rp 1.400.000,00. Besar sekali. Anda akan sedih dan jadi tidak semangat bekerja. Pikiran buruk yang merusak diri pun menyelinap, "Ngapain rajin-rajin amat kerja, gaji hanya tinggal 600 ribu perak. Tidak manusiawi!"

Dampak psikologis
Perubahan cara berpikir dan penghayatan seperti ini memiliki dampak positif. Pertama, Anda menjadi tidak merasa punya utang, bebas merdeka, tidak ada beban lagi. Kedua, Anda akan terbebas dari beban yang tidak perlu. Beban itu adalah konsekuensi logis dari keputusan Anda meminjam ke bank untuk urusan penting dan mendasar yaitu kepemilikan rumah dengan keringat sendiri.

Ketiga, dari kesadaran bahwa gaji Anda kecil, kurang, Anda akan terdorong untuk mencari tambahan lain yang halal. Mendingan secara kreatif dan semangat memikirkan mencari tambahan daripada memikirkan yang tidak perlu. Dengan merasa tidak punya utang, energi hidup Anda akan berlipat, Anda akan bersemangat mencari tambahan lain. Keempat, tidak ada alasan menurunnya semangat dan etos kerja sebagai PNS. Apalagi sesungguhnya selama ini pekerjaan sebagai PNS tidak berat, banyak nongkrongnya.

Penutup
Tulisan ini didedikasikan kepada para PNS yang tidak punya pemasukan lain selain gaji, atau para PNS yang kesulitan mendapatkan tambahan lain di luar gaji. PNS kelompok ini jumlahnya banyak, jutaan. Mereka umumnya adalah yang tidak punya peluang dan modal, tidak punya bakat usaha, benar-benar sebagai pekerja dan karyawan. Namun jangan salah, dedikasi mereka justru lebih tinggi sebagai PNS ketimbang yang banyak usaha di luar. Pengabdian mereka lebih terkonsentrasi. 

Tulisan ini tidak bertujuan menyebarkan pola hidup konsumtif kepada PNS dengan beramai-ramai meminjam ke bank. Tidak. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengajak kita mengubah cara berpikir, mengubah sikap mental agar lebih positif menghadapi persoalan. Sebuah seruan untuk tetap mempertahankan etos kerja sebagai PNS walaupun selama ini terbebani oleh utang. Jangan takut meminjam ke bank selama untuk kebutuhan pokok dan mendasar. Janganlah takut selama Anda betah menjadi PNS dan selama pemerintah belum mampu menyejahterakan PNS secara layak dan wajar. 

Kepada bank, permudahlah kredit kepada PNS terutama para guru. Sebagai abdi negara, hidup mereka pas-pasan. Mudahkanlah persyaratan kredit dan rendahkanlah bunganya serendah-rendahnya, serendah gaji mereka selama ini.(sumber: www.pikiran-rakyat.com)
Tag : OPINI
0 Komentar untuk "Menjadi PNS Bebas Utang, Mungkin Kah..?"

Back To Top